4 Brand Diduga Pro LGBT, Benarkah?
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa merek global atau atau brand internasional secara terbuka menyatakan dukungan mereka terhadap komunitas LGBT melalui berbagai kampanye dan inisiatif. Di luar negeri, tindakan ini sering kali dilihat sebagai bentuk komitmen terhadap inklusivitas dan keberagaman. Namun, di Indonesia kampanye ini masih menimbulkan pro-kontra.
Beberapa waktu terakhir, setidaknya ada empat perusahaan dikabarkan telah menunjukkan dukungan serupa, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana keterlibatan mereka. Di antara diskusi-diskusi tersebut, muncul beragam istilah yang merujuk pada inisiasi memboikot produk tertentu, salah satunya “Oreo boikot”, inisiasi tersebut menyoroti reaksi publik terhadap dukungan terhadap LGBT yang dianggap dilakukan oleh merek-merek tertentu.
4 Brand yang Disebut Pro-LGBT, Ini Faktanya!
Berikut ini adalah penjelasan tentang sejumlah brand yang disebut-sebut mendukung komunitas LGBT di Indonesia serta fakta yang diungkapkan oleh pihak terkait:
1. Unilever Indonesia
Unilever Indonesia menghadapi sorotan publik yang signifikan setelah perusahaan induknya, Unilever Global yang berbasis di Belanda meluncurkan kampanye yang mendukung gerakan Lesbian Gay Biseksual Transgender Queer (LGBTQ+). Inisiatif global ini mencakup pernyataan-pernyataan yang mengadvokasi kesetaraan dan inklusivitas. paya-upaya ini menuai kritik dari beberapa warganet, yang merespons dengan menyasar akun Instagram Unilever dan mengancam akan memboikot produk-produknya.
Menanggapi kekhawatiran publik, Unilever Indonesia mengklarifikasi bahwa perusahaan telah hadir di Indonesia selama puluhan tahun dan selalu menghormati dan memahami budaya, norma, dan nilai-nilai lokal. Dia meyakinkan bahwa Unilever akan terus bertindak dan berkomunikasi dengan cara-cara yang selaras dengan kerangka budaya dan normatif Indonesia. Klarifikasi ini bertujuan untuk mengatasi kesalahpahaman dan meyakinkan masyarakat Indonesia tentang sikap perusahaan.
2. OREO Indonesia
OREO, sebuah merek makanan ringan yang populer, mendapat kecaman ketika perusahaan global mereka meluncurkan kampanye yang menunjukkan solidaritas terhadap komunitas LGBT. Hal ini menimbulkan tuduhan dan kesalahpahaman tentang keterlibatan OREO Indonesia dalam kegiatan serupa. OREO telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun dengan munculnya istilah “Oreo lgbt”. Oleh karena itu, OREO Indonesia memprioritaskan kampanye dan kegiatan yang sesuai dengan masyarakat setempat, memastikan bahwa kampanye dan kegiatan tersebut menghormati dan selaras dengan budaya bangsa.
Mondelez Indonesia juga mendorong masyarakat untuk memantau akun media sosial OREO Indonesia. Merek ini menekankan agenda-agenda yang mencerminkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
3. Gojek Indonesia
Gojek, platform pemesanan kendaraan terkemuka di Indonesia, terlibat dalam kontroversi setelah sebuah unggahan viral dari salah satu karyawannya yang membahas dukungan terhadap hak-hak LGBT. Postingan tersebut memicu diskusi hangat di dunia maya, dengan banyak orang mempertanyakan sikap resmi Gojek. Perusahaan kemudian mengeluarkan pernyataan yang menekankan bahwa postingan tersebut mencerminkan pandangan pribadi dan bukan kebijakan resmi perusahaan. Gojek menegaskan kembali komitmennya terhadap inklusivitas dan juga menghormati nilai-nilai budaya Indonesia.
4. INDOMILK
INDOMILK, sebuah merek produk susu ternama, diisukan mendukung gerakan LGBT setelah adanya kesalahan penafsiran gambar pada karton susunya. Hal ini memicu reaksi keras dan seruan untuk melakukan boikot. Namun, perusahaan induk INDOMILK, PT Indolakto, segera menanggapi isu tersebut, menyatakan bahwa tuduhan itu tidak berdasar. Perusahaan ini menekankan bahwa pemasaran dan brandingnya selaras dengan nilai-nilai yang berorientasi pada keluarga, dan segala anggapan tentang dukungan terhadap LGBT adalah kesalahpahaman.
Meskipun merek-merek ini menghadapi tuduhan mendukung gerakan LGBT, penting untuk membedakan antara kampanye global dan operasi lokal. Banyak perusahaan multinasional menyesuaikan pesan mereka agar selaras dengan norma-norma budaya dan masyarakat di negara tempat mereka beroperasi.
Di Indonesia, sebagian besar merek memprioritaskan untuk mempromosikan nilai-nilai tradisional dan berorientasi pada keluarga agar dapat diterima oleh masyarakat lokal. Hal ini menyoroti pentingnya memverifikasi informasi dan memahami konteksnya sebelum menarik kesimpulan.